sejarah keperawatan

Sejarah merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang sudah terjadi pada masa lampau baik itu kejadian yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan bagi mereka yang terlibat langsung atau tidak langsung dari kejadian tersebut.

 

Sejarah keperawatan merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan masalah keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung yang terjadi pada masa lampau.

 

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN ZAMAN DAHULU

 

Sejarah perkembangan dunia keperawatan telah mengalami banyak perubahan yang sangat pesat, hal ini dipengaruhi pengaruhi oleh semakin kompleksnya kebutuhan manusia.

 

Berbagai peristiwa atau kejadian juga dapat mempengaruhi perkembangan sejarah dan praktik keperawatan, seperti peran dan sikap, status perempuan, kepercayaan atau nilai agama, peperangan dan kepemimpinan dalam dunia keperawatan yang berwawasan masa depan.

 

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan keperawatan pada zaman dahulu.

 

Peran dan Sikap Masyarakat

 

Peran dan juga sikap masyarakat pada waktu itu sangat mempengaruhi perkembangan sejarah keperawatan. Profesi keperawatan sebelum abad ke-19 masih dipandang rendah dalam status sosial kemasyarakatan dan belum mendapat penghargaan dimata masyarakat.

 

Pada waktu itu pekerjaan perawat lebih banyak dilakukan oleh perempuan sebagai tanggung jawab memelihara dan memberikan kasih sayang terhadap keluarga atau anak.  Para perawat di rumah sakit pada zaman ini belum ada yang berpendidikan dan banyak dilakukan oleh para budak dan tahanan yang dipaksa untuk melakukan pekerjaan perawatan.

 

Gambaran lain yang muncul pada masa itu adalah, ketika pekerjaan perawat dilakukan oleh wanita maka perawat hanya dianggap sebagai objek seks semata, dan  ibu pengganti.

 

Pada awal  hingga  akhir abad ke-19, seiring dengan bermunculannya tokoh-tokoh di bidang keperawatan seperti Florence Nightingale, dunia keperawatan mulai dihargai dan pekerjaan perawat mulai dipandang sebagai pekerjaan yang sangat mulai, pekerjaan yang penuh kasih sayang, bermoral dan penuh dengan pengabdian dan pengorbanan diri sendiri. 

 

Perang

 

Sejarah mencatat dampak dari peperangan memberikan dapak terhadap perkembangan sejarah keperawatan. Perang besar antar-agama yang dikenal dengan perang salib.

 

Perang ini membawa banyak derita bagi rakyat, korban luka dan terbunuh, kelaparan, berbagai penyakit, dan lain-lain. Untuk mengatasi kondisi tersebut, mulai didirikan sejumlah rumah sakit guna memberi pertolongan dan perawatan bagi korban perang.

 

Akhirnya, ilmu pengobatan dan perawatan pun terus mengalami kemajuan. Akan tetapi, kiblat pembelajaran untuk ilmu pengobatan dan perawatan yang semula ada di negara Islam kini beralih ke negara Barat.

 

Pemimpin dalam Keperawatan

 

Pengaruh perubahan zaman, berdampak pada perkembangan di dunia  ilmu kesehatan atau ilmu keperawatan. Pengelolaan rumah sakit, yang semula dikerjakan oleh pihak gereja, pada masa lalu sekarang diambil alih oleh sipil.

 

Pada masa ini muncul tokoh  keperawatan  yang sangat termasyur yaitu Florence Nightingale (1820-1910). Ia mengembangkan suatu model praktik asuhan keperawatan yang menyatakan bahwa kondisi sakit seseorang disebabkan oleh faktor lingkungan. Oleh sebab itu, praktik keperawatan ditekankan pada perubahan lingkungan yang memberi pengaruh pada kesehatan.

 

Florence Nightingale berpendapat  untuk meningkatkan keterampilan para perawat, perlu adanya suatu sekolah untuk mendidik para perawat, ia memiliki pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu dipersiapkan pendidikan bagi perawat, ketentuan jam kerja perawat dan mempertimbangkan pendapat perawat.

 

Usaha Florence merupakan dengan menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya mendirikan sekolah perawat menetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus di miliki para calon perawat.

 

 

Florence dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan membantu para korban akibat perang krim (1854 - 1856) antara Roma dan Turki yang dirawat di sebuah barak rumah sakit (scutori) yang akhirnya kemudian mendirikan sebuah rumah sakit dengan nama rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolah perawatan yang diberi nama Nightingale Nursing School.

 

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA

 

Sejarah perkembangan keperawatan di dunia, ditandai dengan lahirnya tokoh keperawatan yang sangat mashur yang dikenal sampai sekarang ini yang membawa perubahan dalam konsep berpikir yang berpengaruh besar terhadap praktik keperawatan. Hal ini seperti perubahan dalam ruang lingkup tatanan layanan keperawatan, standar praktik keperawatan sampai munculnya undang-undang praktik keperawatan.

 

Perkembangan keperawatan di benua Asia, khususnya di Timur Tengah di negara Arab perkembangan keperawatan mulai maju dan berkembang sekitar Abad 7 seiring dengan lahir dan  agama Islam di tengah-tengah bangsa Arab. Perkembangan dan penyebaran agama Islam di ikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan. Bahkan dalam kitab agama islam yaitu Al-Quran tertulis pentingnya menjaga kebersihan diri, makanan dan lingkungan sekitar tempat tinggal.  Pada masa ini muncul tokoh islam dalam keperawatan yang dikenal dengan nama Rufaidah.

 

Perkembangan perawatan dan pengobatan di negara Cina atau Tiongkok, bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin diantaranya gonorhoea dan syphilis. Beberapa orang yang terkenal dalam ketabiban seperti: Seng Lung dikenal sebagai "Bapak Pengobatan”, yang ahli penyakit dalamdan telah menggunakan obat-obat dari tumbuhtumbuhan dan mineral (garam-garaman). Semboyannya yang terkenal merupakan lihat, dengar, tanya, dan rasa. Chang Chung Ching  telah mengerjakan lavement dengan menggunakan bambu.

 

Perkembangan keperawatan di benua Eropa, beberapa tokoh keperawatan yang mempunyai peran besar dalam perubahan sejarah  perkembangan keperawatan, salah satunya muncul tokoh “Florence Nightingale” dalam keperawatan rupanya berpengaruh besar pada perkembangan keperawatan di Eropa khususnya di negara Inggris. Berkat kerja keras,perjuangan, perhatian dan dedikasinya yang luar biasa di bidang keperawatan dan keinginan untuk  memajukan keperawatan khususnya terhadap para korban perang, pada  perang salip yang terjadi  di semenanjung Krimea, beliau dianugerahi  gelar dengan sebutan  “ Lady with the Lamp”  oleh para tentara korban perang.  Pada akhirnya di negara Inggris terjadi kemajuan yang pesat dalam bidang keperawatan, diantaranya merupakan pembangunan sekolah-sekolah perawat dan pendirian perhimpunan perawat nasional Inggris (British Nurse Association) oleh Erenwick pada tahun 1887. Perhimpunan ini bertujuan untuk mempersatukan perawat-perawat yang ada di seluruh Inggris. Kemudian, pada 1 Juli 1899,

Erenwick juga mendirikan sebuah lembaga yang disebut International Council of Nurses

(ICN).

 

Setelah era tersebut, dunia keperawatan terus berkembang pesat. Kondisi ini mendorong munculnya tokoh-tokoh penting dalam keperawatan.

1.         Florence Nightingale (1820 -1910 ) 

Florence Nightingale dilahirkan dalam keluarga yang kaya dan cerdas, ia merasa terpanggil untuk membantu sesama manusia dan meningkatkan kesejahteraannya. Ia memutuskan untuk menjadi seorang perawat walaupun mendapat  pertentangan dari kelurga karena dianggap melanggar aturan dan kebiasaan sebagai keluarga bangsawan

Inggris. Berkat kegigihan dan kontribusinya dalam bidang perawatan terutama pada saat-saat terjadi perang salib di Semenanjung Krimea, membuatnya dianugrahi gelar “Lady with the lamp”.

2.         Lilian Wald (1867 – 1940 )

Lilian dan dan Mary Brewster merupakan orang pertama yang memberikan layanan keperawatan yang terlatih bagi kaum miskin di daerah kumuh New York, mereka berdua memberikan layanan keperawatan, layanan sosial, dan mengadakan kegiatan pendidikan dan budaya, serta mendirikan sekolah keperawatan sebagai tambahan keperawatan kunjungan rumah.

3.         Margaret Higgins Sanger (1870 – 1966)

Lebih dikenal dengan sebutan Sanger merupakan seorang perawat kesehatan masyarakat di New York, memberikan manfaat yang layanan kesehatan wanita. Ia dianggap sebagai pendiri Keluarga Berencana dikarenakan pengalamannya dalam menghadapi sejumlah besar kehamilan yang tidak diinginkan terutama pada masyarakat pekerja miskin dan sangat menolong dalam mengatasi masalahnya.

4.         Hildegard E. Peplau (1952) 

Hildegard E. Peplau menekankan bahwa hubungan antara-manusia merupakan dasar bagi perawat untuk mengkaji proses hubungan dengan pasien.

5.         Ida Jean Orlando (1961)

Ida Jean Orlando menekankan bahwa keperawatan bertujuan untuk merespons perilaku pasien dalam memenuhi kebutuhannya dengan segera.

6.         Virginia Handerson (1966)

Tokoh ini menekankan bahwa perawat hanya membantu pasien dalam melakukan hal yang tidak dapat ia lakukan sendiri agar kemandirian pasien meningkat.

7.         Sister Calista Roy (1970)

Sister Calista Roy menekankan bahwa peran perawat  merupakan untuk memberi kemudahan bagi pasien guna mengembangkan kemampuan penyesuaian diri pasien.

8.         Martha E. Roger (1970)

Martha E. Roger menekankan bahwa manusia mempunyai sifat alamiah yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan.

 

Masih banyak lagi tokoh keperawatan lain yang tidak disebutkan di sini. Lebih lanjut, perkembangan keperawatan di dunia bukan hanya berfokus pada aspek pelayanan, tetapi juga pada jenjang pendidikan keperawatan. Di beberapa negara seperti di Amerika  termasuk di Indonesia sekarang ini pendidikan keperawatan sudah mencapai tingkat doktoral.

 

PERKEMBANGAN SEJARAH KEPERAWATAN DI  INDONESIA

 

Perkembangan sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia itu sendiri,  yaitu ketika bangsa Indonesia masih berada dalam penjajahan bangsa asing serta bangsa  Inggris, Belanda  dan Jepang.  Oleh karena itu sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan kebangsaan Indonesia, secara umum sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia dapat dikelompokan menjadi dua periode yaitu:

 

Pertama, masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih di jajah oleh bangsa Inggris,  Belanda dan Jepang. Pada penjajahan oleh Belanda khususnya pada zaman VOC (1602- 1799) penjajahan Belanda I, didirikan rumah sakit (Binnen Hospital) yang terletak di Jakarta pada tahun 1799. Tenaga    perawatnya diambil dari penduduk pribumi yang berperan sebagai  penjaga orang sakit. Perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak diikuti perkembangan dalam keperawatan.

 

Pada masa penjajahan Inggris, pada masa ini upaya perbaikan di bidang kesehatan dan keperawatan mulai berkembang cukup baik yang dipelopori oleh Rafless, mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan merupakan milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien dangan gangguan jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan. 

 

Pada masa penjajahan Belanda II (1816 – 1942), beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada masa ini sebagian besar tenaga keperawatan dilakukan oleh penduduk pribumi sedangkan tenaga pengobatan dalam hal ini tenaga dokter masih didatangkan dari negara Belanda.

 

Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang. Sejarah perkembangan kesehatan dan keperawatan tidak mengalami perkembangan justru keperawatan mengalami kemunduran yang sangat dratis.

 

Kedua, masa setelah kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di berbagai universitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain. Beberapa sekolah tinggi kesehatan khususnya keperawatan juga telah mengalami perkembangan yang sangat pesat baik yang diselenggarakan oleh pemerintaha (perguruan tinggi negeri) maupun yang diselengarakan oleh swasta telah menyebar ke seluruh pelosok nusantara.

 

Dengan berdirinya pendidikan keperawatan setingkat diploma, sarjana sampai setingkat doktoral profesi keperawatan berkembang menjadi sebuah profesi yang mandiri tidak lagi tergantung dengan profesi lain. Sejak tahun itu profesi keperawatan telah mendapatkan pengakuan dari profesi lain.

 

Sekarang anda telah selesai mempelajari sejarah perkembangan keperawatan baik pada pada zaman sebelum kemerdekaan sampai zaman setelah kemerdekaan. Demikian pula perkembangan keperawatan di beberapa negara.

 

Sekarang Coba Anda buatkan kesimpulan tentang Perkembangan  Keperawatan  sebelum dan sesudah kemerdekaan  Indonesia? Tuliskan jawaban Anda pada buku catatan Anda! Selanjutnya jawaban Anda bandingkan atau cocokkan dengan beberapa pendapat dari teman Anda, Jika dirasa jawaban Anda masih kurang memuaskan silahkan Anda baca ulang materi di atas.

 

Selanjutnya kita lanjutkan untuk mempelajari dampak sejarah perkembangan keperawatan terhadap profil perawat di Indonesia.

 

DAMPAK PERKEMBANGAN SEJARAH TERHADAP PROFIL PERAWAT INDONESIA

 

Sejarah  perjuangan kemerdekaan Indonesia turut mewarnai perkembangan sejarah keperawatan dan perubahan profil perawat Indonesia. Apa yang terjadi di masa sekarang dipengaruhi oleh sejarah pada masa sebelumnya. Kesuksesan yang diraih seseorang dalam hidupnya merupakan hasil atau buah dari keuletan dan perjuangannya di masa lalu. 

 

Sistem hegemoni yang diterapkan oleh bangsa Eropa selama menjajah Indonesia telah memberi dampak yang sangat besar pada seluruh lini kehidupan, termasuk profesi perawat. Posisi Indonesia sebagai negara yang terjajah (subaltern) menyebabkan kita selalu berada pada kondisi yang tertekan, lemah, dan tidak berdaya. Kita cenderung menuruti apa saja yang menjadi keinginan penjajah. Situasi ini terus berlanjut dalam kurun waktu yang lama sehingga terbentuk suatu formasi kultural. Kultur di dalamnya mencakup pola perilaku, pola pikir, dan pola bertindak. Formasi kultural ini terus terpelihara dari generasi ke generasi sehingga menjadi sesuatu yang superorganik. 

 

Sejarah keperawatan di Indonesia pun tidak lepas dari pengaruh penjajahan bangsa asing. Mari kita  coba  menganalisis mengapa masyarakat menganggap perawat sebagai pembantu profesi kesehatan lain dalam hal ini profesi dokter. Ini ada kaitannya dengan konsep hegemoni. Seperti dijelaskan di awal, perawat awalnya direkrut dari Boemi Putera yang tidak lain merupakan kaum terjajah, sedangkan dokter didatangkan dari negara Belanda. Sebab pada saat itu di Indonesia belum ada sekolah kedokteran. Sesuai dengan konsep hegemoni, posisi perawat di sini merupakan sebagai subaltern yang terus-menerus berada dalam cengkeraman kekuasaan dokter Belanda (penjajah). Kondisi ini menyebabkan perawat berada pada posisi yang termarjinalkan. Keadaan ini berlangsung selama berabad-abad sampai akhirnya terbentuk formasi kultural pada tubuh perawat.

 

Posisi perawat sebagai subaltern yang tunduk dan patuh mengikuti apa keinginan penjajah lama-kelamaan menjadi bagian dari karakter pribadi perawat. Akibatnya, muncul stigma di masyarakat yang menyebut perawat sebagai pembantu dokter. Karena stigma tersebut, peran dan posisi perawat di masyarakat semakin termarjinalkan. Kondisi semacam ini telah membentuk karakter dalam diri perawat yang pada akhirnya berpengaruh pada profesi keperawatan secara umum. Perawat menjadi sosok tenaga kesehatan yang tidak mempunyai kejelasan wewenang atau ruang lingkup. Orientasi tugas perawat dalam hal ini bukan untuk membantu klien mencapai derajat kesehatan yang optimal, melainkan membantu pekerjaan dokter. Perawat tidak diakui sebagai suatu profesi, melainkan pekerjaan di bidang kesehatan yang aktivitasnya bukan didasarkan atas ilmu, tetapi atas perintah/instruksi dokter, sebuah rutinitas belaka. Pada akhirnya, timbul sikap ma-nut perawat terhadap dokter.

 

Dampak lain yang tidak kalah penting merupakan berkembangnya perilaku profesional yang keliru dari diri perawat. Ada sebagian perawat yang menjalankan praktik pengobatan yang sebenarnya merupakan kewenangan dokter. Realitas seperti ini sering kita temui di masyarakat. Uniknya, sebutan untuk perawat pun beragam. Perawat laki-laki biasa disebut mantri, sedangkanperawat perempuan disebut suster. Ketimpanganini terjadi karena perawat sering kali diposisikan sebagai pembantu dokter. Akibatnya, perawat terbiasa bekerja layaknya seorang dokter, padahal lingkup kewenangan kedua profesi ini berbeda.

 

Tidak menutup kemungkinan, fenomena seperti ini masih terus berlangsung hingga kini. Hal ini tentunya akan menghambat upaya pengembangan keperawatan menjadi profesi kesehatan yang profesional. Seperti kita ketahui, kultur yang sudah terinternalisasi akan sulit untuk diubah. Dibutuhkan persamaan persepsi dan cita-cita antar-perawat serta kemauanprofesi lain untuk menerima dan mengakui perawat sebagai sebuah profesi kesehatan yang profesional. Tentunya kita berharap pengakuan ini bukan sekedar wacana, tetapi harus terealisasikan dalam kehidupan profesional.

 

Paradigma yang kemudian terbentuk karena kondisi ini merupakan pandangan bahwa perawat merupakan bagian dari dokter. Dengan demikian, dokter berhak “mengendalikan” aktivitas perawat terhadap klien. Perawat menjadi perpanjangan tangan dokter dan berada pada posisi submisif. Kondisi seperti ini sering kali temui dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu penyebabnya merupakan masih belum berfungsinya sistem kolaborasi antara dokter dan perawat dengan benar.

 

Jika kita cermati lebih jauh, hal yang berlaku justru sebaliknya. Dokter seharusnya merupakan bagian dari perawatan klien. Seperti kita ketahui, perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling sering dan paling lama berinteraksi dengan klien. Asuhan keperawatan yang diberikan pun sepanjang rentang sehat-sakit. Dengan demikian, perawat merupakan pihak yang paling mengetahui perkembangan kondisi kesehatan klien secara menyeluruh dan bertanggung jawab atas klien. Sudah selayaknya jika profesi kesehatan lain meminta “izin” terlebih dahulu kepada perawat sebelum berinteraksi dengan klien. Hal yang sama juga berlaku untuk keputusan memulangkan klien. Klien baru boleh pulang setelah perawat menyatakan kondisinya memungkinkan. Walaupun program terapi sudah dianggap selesai, program perawatan masih terus berlanjut karena lingkup keperawatan bukan hanya pada saat klien sakit, tetapi juga setelah kondisi klien sehat.

 

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN TERKINI TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG KEPERAWATAN NO 38 2014.

 

Usaha untuk mewujudkan Undang-Undang Keperawatan sudah dirintis mulai dari tahun 90-an saat itu bekerjasama dengan Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan dan Konsultan WHO sehingga terbentuk final draf Undang-Undang Keperawatan. Pada tahun 1995 melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia Undang-Undang Keperawatan telah dimasukkan oleh Prolegnas (Program Legislasi Nasional) kepada DPR RI dengan nomor urut 160 yang seharusnya dapat diundangkan periode 2004–2009 (PP PPNI, 2008).

 

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PP PPNI) melalui Gerakan Nasional 12 Mei 2008 meminta pemerintah dan DPR agar mengundangkan RUU Keperawatan paling lambat tahun 2009 melalui inisiatif DPR RI (PP PPNI, 2008). Pada tanggal 1 Januari 2010 Mutual Recognition Arrange (MRA) perawat-perawat asing sudah bebas masuk ke Indonesia, Sementara Indonesia sebagai tuan rumah belum memiliki pengaturan hukum yang dapat melindungi masyarakat dan perawat Indonesia (PP PPNI, 2008). Akhirnya pada hari Kamis Tanggal 25 September 2014 merupakan hari yang bersejarah bagi perawat Indonesia. Pada hari tersebut Sidang Paripurna DPR RI mengetukkan palu tanda pengesahan Undang-Undang Keperawatan. Undang-Undang tersebut memuat 13 BAB 66 Pasal. Dengan ditetapkan Undang-Undang Keperawatan No.38 Tahun 2014, akan melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Perawat. 

 

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan keperawatan merupakan kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Perawat merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Praktik keperawatan merupakan pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk asuhan keperawatan. 

Jangan Lupa SUBSCRIBE Untuk Mendapatkan Update Terbaru Artikel POS PERAWAT

0 Response to "sejarah keperawatan"

Posting Komentar